Usaha besar ke tanah suci, Ada seorang penjelajah yang berasal dari Portugis, ia bernama Tome Pires. Menurut dari catatannya terbetik kabar bahwa catatan pertamanya itu tentang perjalanan ke Tanah Suci. Di dalam buku catatannya itu yang kemudian di terbitkan buku dengan judul Suma Oriental, Pires menceritakan tentang Sultan Mansyur Syah yang mempersiapkan diri untuk bisa pergi ke tanah suci.
Dalam buku Pires menuliskan, "Raja ini, Sultan Mansursa. Yang sangat disanjung oleh orang-orang pribumi maupun asing. Karena ia amat kaya dan memiliki banyak harta. Konon katanya ia mempunyai 12 ton emas dan sejumlah besar permata dan ia juga telah memutuskan dirinya untuk bisa pergi ke Mekkah dengan membawa banyak emas dalam sebuah kapal yang perintahnya itu dibuat di Jawa dan satu lagi yang besar di Pegu. Ia akan ke sana kalau kondisinya dalam keadaan sehat. Ia pun telah membelanjakan uangnya itu dalam jumlah banyak dan mengumpulkan orang untuk perjalanannya tersebut, itu merupakan usaha besar ke tanah suci yang dilakukannya."
Begitulah catatan Pires tentang Sultan Mansursa. Sang sultan memang tidak sempat menunaikan niatnya untuk bisa pergi ke tanah suci dalam rangka menunaikan ibadah haji. Beliau wafat sebelum niatnya terlaksana. Namun, niatnya itu diwariskan kepada sang putra mahkota yakni Sultan Alauddin Riayat Syah. Ia seorang pemimpin yang shalih, yang hatinya tertawan oleh masjid. Putranya juga melakukan usaha besar ke tanah suci agar dapat mewujudkan keinginan ayahnya.
Saat itulah, Sultan Alauddin mengumpulkan bekal untuk dapat berangkat menunaikan niat ayahanda yang belum terlaksana. Namun, keadaan kembali berkata lain, Sang sultan pun gagal berangkat karena ia mengalami demam yang tinggi dan mengantarkannya keharibaan Illahi.
Dari kisah ini kita dapat mencatat, bahwa banyak segala usaha yang dilakukan seseorang agar bisa menunaikan ibadah haji. Sampai seorang raja saja harus menabung, membangun kapal, mempersiapkan segala perbekalan yang dibutuhkan dan semuanya dilakukan tidak mudah. Dan pada saat wafat, sampai cita-citanya yang belum terlaksana itupun dijadikan warisan untuk dapat dilaksanakan.
Ikhwan dan akhwat sekalian, untuk bisa melaksanakan perjalanan ke tanah suci memang tidak cukup hanya dengan niat saja. Usaha yang sungguh-sungguh dan berat juga perlu dilakukan agar dapat mengundang rahmat. Meski begitu, mari kita tetapkan niat yang lurus, dengan kesungguhan hati, tidak hanya pada azzam, tapi juga pada level ikhtiar.
Memilih teman ke tanah suci
Jika saat ini dapat pergi ke tanah suci, ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan. Diantara pilihan-pilihan itu semuanya mudah dan menyenangkan. Untuk pilihan pertama langsung terbang ke Jeddah atau Madinah. Sedangkan, untuk pilihan yang kedua, tambahan plus selain ke tanah suci. Seperti Plus Turki, Plus Eropa, Plus China, Plus Cairo atau beberapa pilihan tujuan lainnya yang tersedia.
Kalau dulu, dalam perjalanan ibadah haji ke tanah suci juga lebih dari sekedar plus, bahkan bisa menjadi plus-plus-plus. Karena disana banyak sekali daerah yang dapat disinggahi. Bahkan bukan hanya itu saja, para calon hujaj ini juga kadang malah bekerja, menyiapkan bekal, belajar, berguru di wilayah tertentu selama dalam perjalanannya ke tanah suci. Bukan hanya sehari dua mereka singgah, tapi Disana bisa berbulan-bulan, bahkan lebih dari setahun mereka singgah.
Itulah yang tergambar dari perjalanan haji yang dilakukan oleh dua orang sahabat yakni Raden Paku dan Sunan Bonang. Di dalam sebuah buku kuno dengan judul Sajarah Banten, isinya mengisahkan dua orang sahabat ini berangkat berhaji, dari Gresik di Jawa Timur awal-awal pada tahun abad ke-16. Kedua sahabat itu singgah di Pasai, keduanya selama setahun tinggal di sana, kemudian berguru pada seorang ulama yang bernama Abdul Isbar, sebelum dua sahabat itu melanjutkan perjalanannya.
Raden Paku merupakan nama lain dari Sunan Giri, salah satu wali dari sembilan wali atau walisongo yang menjadi pemeran penting dalam dakwah di Nusantara. Sunan Giri yang secara wilayah saat ini lebih di kenal dengan daerah Gresik. Dulu Gresik itu salah satu pelabuhan dagang yang ternama. Sunan Giri, adalah salah satu babad menyebutkan silsilahnya tersambung sampai pada cucu baginda nabi, Hussain bin Ali ra.
Sementara dengan sahabatnya, Sunan Bonang, juga salah satu wali dari sembilan wali. Sunan Bonang merupakan putra dari Raden Rahmat, Sunan Ampel yang makamnya itu berada di Surabaya. Sunang Bonang mempunyai nama asli, Raden Maulana Makdum Ibrahim. Bonang yaitu nama salah satu wilayah di dekat Rembang, tepat dengan perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah di bagian Pantai Utara.
Dari kisah ini kami ceritakan kembali, untuk mengingatkan kita semua bahwa perjalanan ke tanah suci adalah perjalanan yang cukup besar, tidak semudah yang kita bayangkan. Bukan hanya sebagai perjalanan ritual, apalagi hanya plesiran saja. Maka salah satu yang membuatnya lebih berarti adalah memilih sahabat dalam perjalanan. Sunan Bonang saat itu memilih berangkat ke tanah suci bersama sahabatnya, Sunan Giri. Mereka singgah sana sini ke beberapa tempat untuk belajar dan mengumpulkan bekal. info lain nya paket haji << paket haji 2018 << paket haji 2019
Izinkan saya untuk menyampaikan pertanyaan, siapa sahabat yang anda pilih untuk dapat diajak bersama ke tanah suci? Lalu, apa bekal yang sudah disiapkan? Semoga Allah SWT memberikan pertolongan kepada kita semua, Amin.
0 Comments
Posting Komentar